Mendidik dan mengarahkan anak adalah kewajiban orangtua, jangan sampai membiarkan anak berjalan tanpa bimbingan sehingga anak terjatuh ke dalam pergaulan buruk. Mendidik anak dimulai sejak anak masih usia dini, dan ini adalah proses panjang yang banyak menguras energi dan emosi orangtua, sehingga kunci utama adalam mendidik anak adalah kesabaran.
Beberapa kesalahan yang banyak dilakukan para orangtua:
1. Tidak Memahami Perasaan Anak
Kesalahan banyak orangtua yaitu tidak mau memahami perasaan anak, ketahuilah bahwa walaupun masih kecil, anak sudah memiliki perasaan yang tajam. Orangtua harus peka apa harapan anak, anak ingin bermain dan bercengkrama tapi orangtua tidak meluangkan waktu untuk itu. Lebih parah lagi orangtua asyik bermain dengan handphone dan mencueki anak.
Anak yang dicueki atau merasa diabaikan akan menimbulkan luka di hatinya, anak berpikir bahwa orangtuanya tidak memahami perasaannya. Anak pun akan merasa tidak diperhatikan sehingga mencari perhatian selain dari orangtuanya, inilah menjadi awal kenakalan anak, parahnya jika hal ini berlanjut hingga masa remaja maka sangat rentan terjatuh ke pergaulan buruk.
Terkadang orangtua tanpa sadar melakukan hal-hal yang melukai hati anak, maka orangtua harus peka pada setiap tindakannya. Anak bisa menjadi dendam jika terus-terusan mendapatkan tindakan buruk atau kasar dari orangtuanya, juga hal ini dapat menghambat proses pertumbuhan dan perkembangan anak.
Orangtua juga harus memberikan reward terhadap pencapaian anak, bisa itu berupa pujian, hadiah ataupun bentuk penghargaan tertentu. Jangan sampai anak melakukan hal-hal yang baik tapi tidak mendapatkan reward (setidaknya pujian) dari orangtuanya. Pemberian reward akan menjadikan anak merasa bahagia, anak bakal merasa bahwa ternyata masih ada orang yang sayang, perhatian, dan peduli kepada dirinya.
2. Tidak Konsisten
Anda terkadang sangat ketat dengan peraturan, tapi di lain waktu tidak peduli sama sekali dengan pelanggaran yang dilakukan anak, ini merupakan bentuk tidak konsisten. Sikap tidak konsisten orangtua akan membuat anak kebingungan, dan anak menilai orangtuanya plin-plan atau tidak punya prinsip, ini bisa menjadi sangat buruk karena anak bakal menyepelekan aturan serta seenaknya melanggar peraturan dan melakukan hal-hal yang buruk.
Tegas bukan berarti kasar, mengajarkan kedisiplinan pada anak adalah hal yang sangat penting, sejak kecil anak perlu dikenalkan dengan aturan sehingga ia tidak tumbuh menjadi remaja bar-bar nantinya. Ingatlah, pola asuh yang diajarkan orangtua akan memberikan pengaruh besar bagi anak ketika ia tumbuh dewasa.
Selain itu Ayah dan Ibu perlu sepakat mengenai aturan dan metode pengasuhan anak. Jangan sampai Ayah dan Ibu tidak kompak dan punya pemikiran yang berbeda, psikolog menjelaskan dampak buruk bisa terjadi jika cara orangtua dalam mendidik anak itu berbeda. Misalnya Ibu membiasakan anak supaya mandiri tapi si Ayah justru sangat memanjakan, ini merupakan kontradiktif yang akan berdampak buruk.
Jika orangtua tidak kompak akan menimbulkan KETIDAK-KONSISTENAN, dampak buruknya menyebabkan anak menjadi kurang respect terhadap salah satu atau bahkan kepada kedua orangtuanya. Anak juga mulai mempelajari perilaku manipulatif, berupa tindakan memanipulasi pihak lain untuk memperoleh keinginannya, misalnya jika anak menginginkan sesuatu dari Ibunya maka akan bersikap manis ke Ibunya, begitu juga ke Ayahnya. Selain itu bisa saja anak mulai mengembangkan sifat memberontak.
3. Membanding-Bandingkan Anak
Kesalahan banyak orangtua adalah suka membanding-bandingkan anak, dan memintanya menjadi seperti mereka. Tindakan orangtua yang seperti ini dapat menyakiti hati anak, membuatnya merasa tidak berguna, menumbuhkan amarah dalam dirinya, hingga anak bisa menjadi depresi.
Orangtua harus menyadari bahwa anak sangat tidak nyaman dibandingkan-bandingkan dengan anak lainnya. Berikut berbagai dampak buruk suka membanding-bandingkan anak:
- Orangtua akan kehilangan pandangan akan kemampuan dan keunikan anak.
- Anak akan merasa tidak bisa melakukan apa-apa.
Anak bisa jadi meragukan dirinya sendiri. Walaupun tujuan orangtua terus membandingkan anak agar ia memperbaiki diri, tapi lama-kelamaan hal ini membuat anak akan meragukan dirinya sendiri. - Anak merasa cemburu kepada anak lainnya, seakan-akan anak merasa bahwa orangtuanya menyayangi anak lain dan tidak menyayangi dirinya. Rasa kecemburuan yang menumpuk dalam jiwa anak akan sangat buruk untuk kesehatan mentalnya karena memungkinkan munculnya rasa kebencian, permusuhan dan kekecewaan yang mendalam.
- Anak merasa tidak pernah mendapatkan apresiasi atas usahanya, ia jadi tidak pernah merasa bangga atas usahanya sendiri.
- Anak menjadi berpikiran negatif, dimana anak bakal dirundung dengan pikiran negatif bahwa ia tidak akan pernah sukses, bahkan selalu muncul perasaan cemas dan takut gagal dalam dirinya. Hal ini menyebabkan anak menjadi tidak percaya pada kemampuan dirinya sendiri.
- Kepercayaan diri anak hilang dan ia akan menghindari lingkungan sosialnya.
- Lama kelamaan anak akan membenci orangtuanya dan siapapun yang dibandingkan dengannya.
Hubungan anak dan orangtua bisa menjadi renggang akibat orangtua yang terus mengatakan orang lain lebih baik daripada dirinya. Anak menjadi merasa dihina, tidak disayang dan disudutkan. Hal ini bisa memunculkan kebencian dalam jiwa anak kepada orangtuanya.
Para ahli menjelaskan bahwa kerap membandingkan anak dengan anak-anak lainnya bisa berdampak terhadap perkembangan mental seorang anak, anak merasa sebagai individu yang gagal dan merasa inferior, yang hal ini akan terus tertanam dalam dirinya hingga usia dewasa. Jika anak merasa inferior maka saat dia bisa mengerjakan suatu tugas dan nilainya bagus, dia akan merasa “ah ini pasti ada yang salah”. Hal ini akibat perasaan inferior yang tertanam dalam jiwa anak.
Jika anak suka dibanding-bandingkan sehingga dalam jangka panjang timbul perasaan inferior, akibatnya anak bakal sulit berhasil di bidang kehidupannya karena jiwanya dipenuhi dengan keragu-raguan bahkan sebelum mencobanya. Dia lebih memilih mundur karena takut gagal.
4. Ekspektasi yang Terlalu Tinggi
Orangtua tentu punya harapan kepada anak-anaknya agar kelak menjadi sukses, akan tetapi terkadang orangtua justru memasang harapan yang terlalu tinggi terhadap anak, ini bisa menjadi masalah terutama jika orangtua suka memaksakan kehendak.
Kesalahan fatal orangtua adalah menuntut lebih dan lebih kepada anak, ini membuat anak merasa terbebani dan tidak bahagia. Padahal seorang anak ingin sekali dibanggakan oleh orangtuanya, demikian juga anak bisa menjadi sangat sedih dan frustasi jika usahanya tidak sesuai harapan orangtuanya.
Ekspektasi orangtua yang terlalu tinggi membuat anak merasa punya tanggung jawab besar untuk merealisasikan-nya, hal ini justru membebani hati dan pikiran anak. Seharusnya anak-anak tumbuh dengan perasaan BAHAGIA agar proses tumbuh-kembangnya optimal. Beban yang terlalu berat juga bisa membuat anak stres dan terkena masalah kesehatan.
Orangtua boleh-boleh saja punya harapan terhadap anak, tapi harus menyesuaikannya dengan kemampuan anak. Jangan sampai karena pengaruh lingkungan dan perasaan gengsi sehingga membuat orangtua menuntut anak harus sempurna.
5. Tidak Bisa Memahami Kondisi Anak
Memahami kondisi anak adalah hal yang harus bisa dikuasai orangtua, apalagi yang namanya anak-anak (termasuk anak remaja) jiwanya lebih dikendalikan oleh perasaan daripada pemikiran rasional/logis. Jika orangtua mampu memahami kondisi perasaan anak, ini akan sangat membantu orangtua untuk menjalin kedekatan yang hangat dengan anak, sehingga bisa mengarahkan sifat dan perilaku anak ke arah positif.
Kesalahan yang sering dilakukan orangtua adalah mengambil keputusan dan bertindak tanpa mempertimbangkan kondisi emosi atau perasaan anak. Hal inilah yang menjadi penyebab utama rusaknya hubungan dan tidak terbukanya anak pada orangtuanya. Jika orangtua tidak bisa memahami anak, dampaknya anak tidak terbuka pada orangtuanya.
Pahami psikologis anak dengan baik, dengan memahaminya akan membantu Anda untuk membimbing anak dengan cara yang efektif. Luangkan waktu yang cukup untuk mengobrol dengan anak sehingga orangtua dapat memahami anak dengan lebih baik. Dengan keterbukaan dan hubungan yang hangat, anak akan mau untuk membagikan perasaannya kepada Anda.
6. Teladan Buruk
Orangtua harus menjadi teladan yang baik, percuma jika orangtua memberikan 1000 nasehat jika menampakan teladan yang buruk kepada anak. Anak akan lebih mencontoh dari apa yang dilihatnya daripada yang didengarnya.
Orangtua harus menyadari bahwa dirinya merupakan panutan dan model bagi anak-anaknya. Jika Anda ingin anak berprilaku baik maka berikan teladan prilaku yang baik untuknya. Adapun jika Anda suka teriak-teriak di dalam rumah, maka anak pun bakal suka teriak-teriak juga.
7. Suka Mengkritik Anak
Anda tentu merasa kesal jika suka dikritik dan diomeli, demikian juga anak akan merasa kesal jika diperlakukan seperti itu. Oleh karena itu orangtua harus berhati-hati dalam mengkritik, dan jangan terlalu sering karena bisa-bisa anak menjadi bosan, bebal dan semakin susah untuk diatur, bahkan sebagian anak mungkin melawan jika sering ditegur atau dikritik.
8. Tidak Menerapkan Peraturan
Orangtua harus menerapkan peraturan untuk kebaikan anak itu sendiri, jadi penerapan peraturan bukan atas dasar ego orangtua. Anak-anak membutuhkan aturan, struktur dan batasan yang jelas sehingga anak dapat bertumbuh-kembang dengan baik. Jika anak tidak dikenalkan dengan aturan dan tidak terbiasa disiplin, hal ini akan menyebabkan anak kesulitan saat menjalani kehidupan di luar. Apalagi kunci utama dari kesuksesan adalah kedisiplinan.
Tugas dan kewajiban orangtua memang tidak mudah, walau menjadi orangtua itu membahagiakan tapi pasti bakal menemui banyak cobaan, disamping orangtua punya tanggung jawab untuk membentuk karakter anak ke arah yang lebih baik. Sayangnya banyak orangtua yang belum menyadari urgent-nya hal ini, maka banyak hal yang perlu diketahui untuk bisa menjadi orangtua yang baik. Semoga bermanfaat.
Comments are closed.